Akhirnya Ke Ijen Juga
Hari sabtu dan minggu tepatnya tanggal 8 dan 9 Februari
saya ke gunung Ijen bersama dengan teman-teman angkatan SMA dan kakak kelas
alumni SMAN I Pamekasan dalam rangka CGTK On Vacation. Saya tak menyangka,
seorang perempuan malas jalan kaki seperti saya bisa menapaki kaki mungil ini
di gunung Ijen yang ketinggiannya berkisar 2300 meter dari permukaan laut.
Perjalanan dimulai pada jam 00.00 WIB minggu dini hari, dengan kemiringan 650,
saya dan rombongan yang lain bahu-membahu untuk mencapai puncak Ijen. Sebelum
itu, kami melakukan perjalanan menggunakan truk dengan 25 orang, berangkat dari
Jember jam 17.00 WIB sampai di lereng gunung Ijen jam 23.00 WIB. Segala
persiapan telah sudah disiapkan, seperti jaket tebal kalau bisa dua lapis,
sarung tangan, kaos kaki double, sepatu, kerpus, masker, perbekalan yang
lainnya juga harus disiapkan.
Pendakianpun
dimulai, awalnya memang tidak terasa berat namun lama-kelamaan kaki ini terasa
berat, akhirnya saya ada yang tidak kuat menempuh perjalanan keatas puncak
Ijen, dia punya penakit asma, padahal sudak 1 km kita berjalan kurang 2 km lagi
sampai puncak. Kami terus menyemangati teman kita yang sudah tidak sanggup
melanjutkan perjalanan, karena jika tidak sampai puncak satu orang, semuanya juga
tidak ke puncak Ijen, begitulah rumus solidaritas kami. Jujur saya sangat
terharu, setelah berhasil meyakinkan teman saya akhirnya dia mau melanjutkan
perjalanan dengan bergandengan tangan denganku dan satu lagi temanku. Hal
termanis yang pernah saya miliki mengingat susahnya perjalanan, kaki ini serasa
tidak kuat berjalan namun tetap kami paksa dengan semangat yang membara. Selama
perjanan kita bernyanyi untuk melepaskan rasa lelah yang sudah tak tertahankan
lagi. Akhirnya semua penat itu terbayar dengan pemandangan yang Subhanallah
indahnya, aku berada diatas awan bersama teman-teman tercinta. Setelah sampai
dipuncak kita disambut dengan Blue fire yang terkenal itu. Kami sampai dipuncak
jam 02.30 WIB sembari menyantap perbekalan yang ada dan menikmati indahnya blue
fire, udara disana sangat dingin serasa dinginnya seperti di film Korea saja,
herannya turis-turis mancanegara yang kesana hanya memakai baju biasa, bukan
baju tebal seperti yang kami pakai, mungkin karena sudah terbiasa. Dinginnya
udara disana tidak tertahankan lagi, akhirnya saya dan teman-teman saling
berpelukan, tentunya sesama peremuan. Sholat di gunung adalah pengalaman yang
tak terlupakan. Sebenarnya yang kita tunggu selama 3 jam adalah matahari terbit
dan kawah Ijen yang tersohor didunia itu, sayangnya kita tidak melihat kawwah
tersebut yang ada malah asap blerang yang sangat menyengat di hidung, semua hal
indah itu tertutupi oleh kabut dan asap blerang, kita sudah merasa kelelahan,
meunggu matahari yang tak muncul, kawah yang kami harapkan tak terlihat,
akhirnya kita putuskan untuk pulang pada jam 6 pagi. Walaupun begitu kita tak merasa kecewa karena selama
perjalanan menuju uncak dan dari puncak turun kebawah lagi, semuanya memiliki
pelajaran hidup yang Subhanallah penting, saya jadi tau artinya sabar,
solidaritas dan bertahan dalam kesulitan itu seperti apa. Karena seyogyanya
mendaki bukanlah urusan mudah, bukan hanya perjalanan fisik namun juga
perjalanan hati yang menyimpan banyak memori yang sayang untuk dilewatkan.
Walaupun kita hampir mati karena
sengatan bau blerang namun kita sanggup melewati itu, intinya bertahanlah,
jangan menyerah !
Dan yang terpenting jangan ke Ijen ketika musim hujan
datanglah pada musim kemarau karena selain dapat melihat kawah Ijen juga tidak
berkabut. Selamat mendaki. berikut adalah foto-foto kami pas di ijen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar